10.16.2014

Self Talk

Sudah lama ya?Banget!!!..akhirnya nulis lagi. padahal ini nulis-nulis ga jelas juga. postingan ini dibuat untuk sekedar menyalurkan sampah pikiran saya sudah mulai penuh. Jadi saya berharap anda tidak membaca postingan saya ini hahaha, meskipun ada persentase yang sangat memungkinkan untuk itu :p

oke langsung saja..
Ada yang pernah berbicara dengan diri sendiri? Pasti pernah kan? Entah ada yang mengakui entah tidak. Entah dalam hati atau dalam bentuk lisan.
Saya pernah, anda anda sekalian pasti pernah. sadar atau tidak sadar. Sekedar berujar ataupun berupa dialog yang kompleks.
jujur, saya mulai bermonolog dengan diri sendiri sejak di sekolah dasar hingga sekarang. Dimana intensitas bermonolog itu akan meningkat ketika saya berada dalam kondisi stress yang sangat. Kadang juga muncul ketika saya merasa sangat kecewa dengan diri saya sendiri. Saya akan bermonolog. Dan itu sudah menjadi habit. Karena habit tentunya saya tidak sadar, karena sudah biasa.
Pada saat bermonolog, saya seperti bersimulasi dengan orang yang akan saya ajak bicara atau yang sudah ajak bicara. Tentunya lawan bicara itu hanya dalam pikiran saya. biasanya saya bermonolog di depan cermin, jadi saya bisa melihat ekspresi ketika saya bicara.
Ketika akan interview misalnya, saya membuat simulasi bicara di depan cermin seolah-olah saya sedang berhadapan dengan orang yang akan mewawancarai saya. Saya mengira-ngira apa saja hal-hal yang akan ditanyakan nanti dan mengkomunikasikan jawaban-jawabannya dengan diri sendiri.
Ketika sudah mengalami kejadian tertentu, bila tidak merasa puas akan hal tersebut. Biasanya saya bermonolog sebagai mekanisme evaluasi. Seharusnya tadi saya begini bukan begitu dan seterusnya

Saya bertanya-tanya apakah kebiasaan saya ini wajar?
Karena penasaran, saya googling dengan keyword "bicara dengan diri sendiri"  hampir semua entry menunjukkan bahwa self talk atau monolog dgn diri sendiri itu tidak menunjukkan suatu kegilaan.
tidak sama sekali. malah ada yang mengatakan bahwa itu hal yang positif.

Apa manfaat self talk untuk saya sendiri:
-saya berusaha membangun diri saya untuk menjadi yang lebih baik
-saya berusaha untuk bisa menjadi lebih terampil berbicara di depan public
- itu merupakan mekanisme evaluasi terhadap hal-hal yang telah saya lakukan
- saya merasakan kelegaan setelah melakukan selftalk

ini minusnya:
- menjadi habit
- saya jadi lebih suka selftalk daripada sharing masalah saya dengan orang lain
- kadang sekalipun sudah selftalk tidak memberikan kelegaan saat kondisi saya benar2 over stress dan merasa down

Akhir-akhir ini saya berusaha menggali diri saya sendiri. Mengapa saya cenderung introvert, mengapa saya sering self talk, mengapa saya sudah bisa membaca saat umur 3 tahun, mengapa saya lebih sering menahan perasaan dan sukar memperlihatkan ekspresi di depan orang lain, mengapa saya lebih suka tempat yang tenang daripada yang ramai, mengapa saya sering canggung dengan suasana dan orang baru, dan mengapa saya memiliki sahabat dekat sedikit, dan mengapa saya lebih suka curhat melalui tulisan dan orang lain yang mungkin tidak terlalu saya kenal dibandingkan keluarga atau saudara saya sendiri, mengapa saya tidak peka dengan sekitar, mengapa saya sering merasa minder dengan orang lain, mengapa saya sulit membuang barang-barang lama, mengapa saya lebih suka diakui daripada diberi pujian, mengapa saya begini dan begitu..
saya berusaha menelusuri tiap jengkal dalam diri saya, mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan saya. Di antaranya ada yang sudah terjawab, ada yang belum. Dan masih banyak yang belum terjawab..

Katanya,
personality seseorang dipengaruhi oleh gen, lingkungan, pola asuh org tua dan silakan diteruskan sendiri..
hal-hal yang saya tuliskan di bawah ini merupakan kepingan puzzle penting yang mungkin berperan besar dalam membentuk personality saya hingga kini :

Pertama,
Saya mengalami shock waktu kecil. Mengetahui fakta yang mungkin belum bisa saya terima saat umur saya masih 3 tahun. Dan itu saya simpan hingga kini dan orang tertentu saja yang saya beritahu. Pada waktu itu mungkin lebih tepatnya saya merasa "dicampakkan" sedih dan marah. Tapi waktu itu saya belum paham apa itu dicampakkan, apa itu sedih dan apa itu marah, saya juga belum bisa mencari solusi. Yang saya ketahui, fakta ini belum boleh saya ketahui jadi harus saya simpan. hanya itu.

Kedua,
Saya dibesarkan di lingkungan yang cukup dalam arti saya bisa makan sehari tiga kali, dibelikan mainan baju dan sekolah. Kebutuhan saya tercukupi. Hanya saya merasa kurang diperhatikan. Atau mungkin sebenarnya perhatian saya sudah cukup di keluarga ini tapi terlalu rakus mendapatkan perhatian dari keluarga saya yang satu lagi. Orangtua saya seorang yang sangat perfeksionis, memperhatikan detail, kalkulatif dan sangat disiplin akan hal apapun. Apa sifat beliau menurun ke saya? Tidak justru sebaliknya saya orang yang cuek dan tidak melihat detail bila itu tidak saya anggap suatu hal yang prioritas atau penting. Tapi ada pengecualian tentunya memang ada hal-hal atau saat tertentu dimana saya sangat memperhatikan detail, berusaha sebaik dan sesempurna mungkin. Karena orangtua saya sangat memperhatikan detail, kesalahan sekecil apapun yang saya perbuat tidak akan luput dari teguran. Saya akui memang teguran itu ada benarnya tapi kadang momennya tidak tepat.
Saya berusaha menahan tapi sebenarnya saya terlalu rapuh untuk dikritisi. Sering kepikiran dengan apa yang diucapkan orang lain. Padahal luarnya sangat cuek sekali. itu yang memicu saya selftalk.

Ketiga,
Saya pernah mengalami bullying, saya pernah dibully. Saya pernah merasakan keadaan dimana saya diisolasi oleh teman saya sendiri. Saya baru mengerti ternyata dulu saya telah mengalami pembunuhan karakter. Saya baru mengerti istilah itu saat dewasa. Dan saat itu saya merasakan shock yang kedua. Tingkat kepercayaan saya kepada orang lain menurun hebat. Mungkin hari ini  saya tidak akan percaya dengan apa yang namanya persahabatan kalau waktu itu tidak ada dua teman yang masih bertahan bermain dengan saya.
Keempat, Kelima dan seterusnya masih saya telusuri

huah.. ini akhir postingan saya.
kok ngambang?? ya suka-suka saya, saya yang nulis dan ini blog saya :p

maaf kalau yang baca bisa sakit mata atau gagal paham karena tulisan saya yang loncat-loncat, gak ada benang merahnya..intinya saya lega karena tidak masuk dalam kategori disorder atau gangguan kejiwaan karena kebiasaan "self talk" ini..

Selamat pagi

Xoxo ~ Dito Chan ~

Tidak ada komentar:

other blog