5.03.2011

Puisi-puisi Sapardi djoko Damono

Saya suka sajak2 dari angkatan terdahulu.. sederhana tapi indah tapi juga tidak mengurangi makna..
ini di antaranya:

AKU INGIN
 
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:

dengan kata yang tak sempat diucapkan

kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”


HATIKU SELEMBAR DAUN

hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput:

nanti dulu, biarkan aku sejenak

terbaring disini;

ada yang masih ingin ku pandang.

yang selama ini senantiasa luput;

sesaat adalah abadi sebelum kausapu

tamanmu setiap pagi


SAJAK KECIL TENTANG CINTA

mencintai angin
harus menjadi siut

mencintai air
harus menjadi ricik

mencintai gunung
harus menjadi terjal

mencintai api
harus menjadi jilat

mencintai cakrawala
harus menebas jarak

mencintai kamu
harus menjelma aku

NOKTURNO
Kubiarkan cahaya bintang memilikimu
Kubiarkan angin yang pucat dan tak habis-habisnya
Gelisah, tiba-tiba menjelma isyarat, merebutmu …
Entah kapan kau bisa kutangkap
PADA SUATU HARI NANTI

pada suatu hari nanti

jasadku tak akan ada lagi


tapi dalam bait-bait sajak ini


kau takkan kurelakan sendiri


pada suatu hari nanti

suaraku tak terdengar lagi

tapi di antara larik-larik sajak ini

kau akan tetap kusiasati

pada suatu hari nanti

impianku pun tak dikenal lagi


namun di sela-sela huruf sajak ini


kau takkan letih-letihnya kucari


Hujan Bulan Juni


tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan Juni

dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak

dari hujan bulan Juni

dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif

dari hujan bulan Juni

dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu

SAJAK DESEMBER 

kutanggalkan mantel serta topiku yang tua

ketika daun penanggalan gugur


lewat tengah malam. kemudian kuhitung


hutang-hutangku pada-Mu


mendadak terasa: betapa miskinnya diriku;

di luar hujan pun masih kudengar

dari celah-celah jendela. ada yang terbaring

di kursi letih sekali

masih patutkah kuhitung segala milikku

selembar celana dan selembar baju

ketika kusebut berulang nama-Mu; 

taram temaram bayang, bianglala itu

Tidak ada komentar:

other blog